THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Friday, December 11, 2009

Kisah Wanita yang Selalu Berbicara dengan Al-Qur'an....

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta'ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.

Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Abdullah : "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh."
Wanita tua :
"Salaamun qoulan min robbi rohiim." (QS. Yaasin : 58)
("Salam sebagai ucapan dari Tuhan maha kasih")
Abdullah : "Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?"
Wanita tua :
"Wa man yudhlilillahu nothing lah hadiyalahu." (QS : Al-A'raf : 186 )
("Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya")
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.

Abdullah : "Kemana anda hendak pergi?"
Wanita tua :
"Subhanalladzi asra bi 'abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa." (QS. Al-Isra' : 1)
("Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa")
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.

Abdullah : "Sudah berapa lama anda berada di sini?"
Wanita tua :
"Tsalatsa layaalin sawiyya" (QS. Maryam : 10)
("Selama tiga malam dalam keadaan sihat")
Abdullah : "Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?"
Wanita tua :
"Huwa yut'imuni wa yasqiin." (QS. As-syu'ara' : 79)
("Dialah pemberi saya makan dan minum")

Abdullah : "Dengan apa anda melakukan wudhu?"
Wanita tua :
"nothing in lam tajidu maa-an fatayammamu sha'idan thoyyiban" (QS. Al-Maidah : 6)
("Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih")

Abdulah : "Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mahu menikmatinya?"
Wanita tua :
"Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil." (QS. Al-Baqarah : 187)
("Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam")

Abdullah : "Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?"
Wanita tua :
"Wa man tathawwa'a khairon nothing innallaaha syaakirun 'aliim." (QS. Al-Baqarah : 158)
("Barang siapa melakukan sunnah lebih baik")

Abdullah : "Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?"
Wanita tua :
"Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta'lamuun." (QS. Al-Baqarah : 184)
("Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui")

Abdullah : "Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?"
Wanita tua :
"Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun 'atiid." (QS. Qaf : 18)
("Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid")

Abdullah : "Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?"
Wanita tua :
"Wa lah taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam'a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana 'anhu mas'ula." (QS. Al-Isra' : 36)
("Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan")

Abdullah : "Saya telah berbuat salah, maafkan saya."
Wanita tua :
"lah tastriiba 'alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum." (QS.Yusuf : 92)
("Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu")

Abdullah : "Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan."
Wanita tua :
"Wa maa taf'alu min khoirin ya'lamhullah." (QS Al-Baqoroh : 197)
("Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya")
Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :
Wanita tua :

"Qul lil mu'miniina yaghdudhu min abshoorihim." (QS. An-Nur : 30)
("Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka")
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap :
Wanita tua :
"Wa maa ashobakum min mushibatin nothing bimaa kasabat aidiikum." (QS. Asy-Syura' 30)
("Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri")

Abdullah : "Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu."
Wanita tua :
"nothing fahhamnaaha sulaiman." (QS. Anbiya' 79)
("Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman")
Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita tua itu naik.

Abdullah : "Silahkan naik sekarang."
Wanita tua :
"Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun." (QS. Az-Zukhruf : 13-14)
("Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami")
Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita itu berkata :
Wanita tua :
"Waqshid fi masyika waghdud min shoutik" (QS. Lukman : 19)
("Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu")
Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair,
Wanita tua itu berucap :
Wanita tua :
"Faqraa-u maa tayassara minal qur'aan" (QS. Al- Muzammil : 20)
("Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an")

Abdullah : "Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak."
Wanita tua :
"Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab." (QS Al-Baqoroh : 269)
("Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu")
Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.

Abdullah : "Apakah anda mempunyai suami?"
Wanita tua :
"lah tas-alu 'an asy ya-a in tubda lakum tasu'kum" (QS. Al-Maidah : 101)
("Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu")
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.

Abdullah : "Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?"
Wanita tua :
"Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya." (QS. Al-Kahfi : 46)
("Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia")
Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.

Abdullah : "Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?"
Wanita tua :
"Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun" (QS. An-Nahl : 16)
("Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk")
Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.

Abdullah : "Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?"
Wanita tua :
"Wattakhodzallahu ibrohima khalilan" (QS. An-Nisa' : 125)
("Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi")
"Wakallamahu musa takliima" (QS. An-Nisa' : 146)
("Dan Allah berkata-kata kepada Musa")
"Ya yahya khudil kitaaba biquwwah" (QS. Maryam : 12)
("Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh")
Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.
Wanita tua :
"Fab'atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho'aaman fal ya'tikum bi rizkin minhu." (QS. Al-Kahfi : 19)
("Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu")
Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :
Wanita tua :
"Kuluu wasyrobuu hanii'an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah" (QS. Al-Haqqah : 24)
("Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu")

Abdullah : "Makanlah kalian semuanya makanan ini. saya belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya."
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata :

"Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur'an, karena kuatir salah bicara."
Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :
"Fadhluhu yu'tihi man yasyaa' Wallaahu dzul fadhlil adhiim." (QS. Al-Hadid : 21)
("Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar")

Wanita Perindu ALLAH.....

Wanita perindu Allah dapat mengawal rindunya pada dunia, kekayaan, kemewahan, pembaziran, kecantikan dan segala isi dunia. Wanita ‘abidah perindu Allah dapat mengubah nafsunya daripada nafsu-nafsu jahat kepada nafsu-nafsu yang baik melalui mujahadah. Yakni daripada nafsu marah kepada memaafkan, dengki kepada kasih sayang dan. Maka jadilah wanita ‘abidah itu bagaikan tiang negara yang menyangga sesebuah negara daripada runtuh.

Sebab itu Rasulullah bersabda :
Untuk menjadi wanita ‘abidah, perindu Allah, tidak semudah menjadi wanita berkerjaya yang cuma dilatih akalnya. Sedangkan wanita ‘abidah perlukan didikan fizikal, mental dan jiwanya sekaligus. Mereka bukan sahaja diperkenalkan dengan dunia, tetapi juga dengan alam barzakh dan alam akhirat. Bahkan juga dikenalkan dengan Allah swt.

Dunia amat perlukan wanita yang tidak lagi menurutkan nafsunya tapi memusatkan perhatian dan rindunya kepada Zat yang paling hampir dengannya dan terus-menerus mengawasi hidupnya, Yakni Zat Allah SWT
Sembahyang yang dilakukan merupakan pertemuan dan penyerahan dirinya secara total kepada Allah. Ia dirasakan terlalu indah dan amat bermakna. Setiap ucapan dihayati dan dilafazkan dengan penuh kusyuk. Rukun-rukun fi’li dikerjakan dengan komitmen jiwa yang penuh kehambaan. Dan perilakunya sewatu mengadap Allah, seolah-olah takut dan hormat sekali. Maka hasil daripada ucapan dan perbuatan dalam sembahyang, wanita ‘abidah mendapat rasa tawadhuk, tawakkal, rendah diri, takut, cinta, yakin, rindu dan kagum kepada Allah kekasihnya. Itulah iman dan taqwa.

Orang yang berakhlak sahaja yang boleh bahagia tatkala ditimpa ujian. Tanpa akhlak, tidak akan ada seorang pun manusia yang dapat merasa bahagia hidup di dunia.
Kerana, hidup ini memang tidak akan lepas daripada ujian. Siapa yang tidak bahagia dunia nescaya tiada harapan untuk bahagia di akhirat.

Gabungan rasa-rasa itu mencetuskan akhlak yang sangat agung; sabar, redha, penyayang, pemaaf pemurah, rendah diri dan lain-lain lagi. Akhlak-akhlak yang mulia ini lebih mahal daripada sijil dan harta-harta duniawi, sebab ia dapat mncegah daripada perbuatan keji dan mungkar .

Bila seseorang itu kenal akhirat dan Allah, dunia ini menjadi kecil baginya. Hidupnya tidak lagi untuk memburu dunia tetapi memburu syurga di akhirat. Mereka tidak lagi merindukan kenikmatan sementara tetapi mengalihkan rindunya kepada Allah swt. Umur dihabiskan untuk beribadat kepada Allah. Apa juga kerja yang dibuat, semuanya untuk dan kerana Allah. Dan itulah yang Allah minta untuk kita lakukan. Firman Nya:
“Dunia ialah perhiasan. Sebaik-baik hiasan ialah wanita solehah.”

“ Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, matiku adalah untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. ”

Surat Buat Gadisku.....

Segala pujian ku panjatkan kepada Yang Maha Kuasa dan dengan namaNya ku mulai suratku ini. Selawat dan salam ku hulurkan kepada Junjungan Besar Baginda Rasulullah, keluarga dan sahabatnya. Dan dengan panduannya ku atur risalah ini…Khas Untukmu Wahai Gadisku!!!

Sesungguhnya aku tidak tahu benar tentang dirimu wahai Gadisku.. Aku sedar tentang ilmuku tentang tubuhmu tidak lebih daripada pakaian pembalut tubuhmu. Jauh, jauh sekali untuk aku memahami tubuh batinmu yang berupa emosi, fitrah, akal dan jiwa halusmu. Ku akur kekuranganku tentangmu. Maka di awal suratku ini, ku susun sepuluh jari meminta maaf darimu…kalau-kalau penaku terlanjur melukai hatimu atau mencemarkan kesucian fitrahmu atau meleset dari hakikat dirimu.

Aku tahu, sewajarnya orang yang sehormon denganmu yang menulis tentang dirimu. Bukan aku!!!! Orang yang berlainan hormon. Biarpun demikian, aku gagahi jua jari-jariku untuk mencoretkan secebis bingkisan buatmu kerana aku pun tahu yang engkau begitu kepingin menatap coretanku. sementelahan pula aku bukan menyingkap tabir jasadmu, bukan mencungkil rahsia dirimu, apalagi mengoreksi lahir batinmu. Apalah salahku, kalau aku aturkan kata-kataku disini untuk memaparkan cetusan perasaan dan pendapatku yang sering tenggelam timbul dalam benakku. dan kalau sesekali aku tersinggung tentang dirimu berdasarkan nas Tuhanku dan Tuhanmu atau nabiku dan nabimu, kau tentu menerima, bukan?

Wahai Gadisku,

Ketika aku mengingati kalimah berikut ini…………….(wahai sekalian manusia, takutlah kamu akan Tuhan kamu yang menjadikan kamu dari tubuh yang satu) An-Nisa’ ayat 1. Atau………..(sesungguhnya wanita itu saudara seibu sebapa kaum lelaki) Wanita: Dr Mustafa Assiba’iy m/s 15, riwayat Ahmad……..seringkali aku merungut tentang kejahatan sebahagian lelaki. Mereka tidak ubah seperti binatang atau lebih sesat. Aku tertanya-tanya kemana perginya perasaan simpati mereka terhadap saudara sendiri? Apakah mereka lupa bahawa orang yang tidak bersimpati itu tidak akan dikasihi? Apakah mereka telah ketandusan sifat kemanusiaan mereka atau memang mereka kehilangan sifat itu?……………………Ah, aku cukup jengkel tentang mereka!

Adakalanya aku juga terfikir kenapa perempuan seringkali menjadi mangsa lelaki? dan bukan lelaki menjadi mangsa perempuan? Atau………..lelaki juga menjadi mangsa???????????? Mangsa runtuhan nafsu! Mangsa pengongkolan adat! Mangsa penyakit sosial! Mangsa perempuan jalang! Dan mangsa penipuan dan godaan syaitan! Aku kesal…

Wahai Gadisku

Aku turut bimbang, kau yang ku cintai juga menerima angka giliran pemangsa-pemangsa itu. Umpama ramai gadis-gadis kini yang mula berjinak-jinak dengan jerat pemangsa, akhirnya mereka menjadi mangsa! Paling tidaknya mangsa cinta! Peringkat awalnya hanya mahu main-main cinta kononnya mahu mengecapi nikmat cinta. kemudian terseret ke alam percintaan dan kesudahannya ketagih cinta!!! Sesudah sekian lama, cinta itu menjadi barah yang tidak mampu dirawat lagi. Akhirnya ia terlantar di wad “pesakit cinta”. Aku teringat ungkapan Bapak Hamka dalam sebuah bukunya…………….”cinta itu suatu penyakit tetapi orang yang ditimpanya tidak mahu lagi sembuh! Ganjil bukan?”

Bukan juga kalimat itu. Orang yang diserang demam cinta atau dijangkiti penyakit cinta jangan di usik-usik. Tak usah dirawat-rawat. Nanti orang yang merawat menjadi mangsa korban orang yang sakit cinta. Kenapa? Kerana orang yang ditimpa penyakit cinta merasa segar dengan lamunan cintanya, nikmat dengan khayalan cintanya! Apabila kesegaran dan kenikmatan diceroboh, tentu saja ia akan bangkit mempertahankannya. “MEMPERTAHANKAN HAK PERIBADI” katanya. Padahal kalau dihitung masa bercintanya yang menelan usia bertahun-tahun atau puluhan tahun, tentu kita insaf betapa banyaknya umur muda yang kaya dengan kekuatan minda dan tenaga akan lenyap dalam api cinta yang membakar. Kesiannya! Kesiannya orang itu!!! Dia terpaksa memasuki alam dewasa dengan kekayaan api cinta tetapi kehilangan erti dewasa. Dia hidup dengan bara-bara cinta bersama kekosongan ilmu didada!!!!!!!!!!!

Inilah yang aku takut!!!! Inilah yang aku bimbang!!!!!!!!!!

Jangan-jangan kita juga menjadi mangsa cinta!!!!!!!!!!!!!!

Apatah lagi apabila aku terkenangkan peringatan Tuhan kita Yang Maha Agong di dalam surah Az-Zukhruf (perhiasan) ayat 67 yang bermaksud: “Teman-teman akrab pada hari itu, sebahagiannya menjadi musuh kepada sebahagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”…….jangan-jangan dikau yang ku cintai di alam ini tanpa restu Tuhan menjadi musuh di akhirat kelak. dan aku yang kau senangi di dunia ini menjadi kejahatanmu di hari kiamat nanti. Oh! Alangkah ruginya jika bercinta sementara merana selama-lamanya!!!

Dan kepahitan yang paling awal ketika itu ialah keterlanjuran yang tidak mampu dikawal iaitu ketika nafsu berkuasa. Saat itu, akal akan kalah dan terpinggir. Aku bimbang dan aku takut kalau-kalau gadisku rebah dalam pelariannya lalu disambar helang kelaparan……….maka ia akan kalah dan gugur di atas kelemahannya sebagai perempuan atau di atas kesilapannya membuka gawang!

Sekali ia kalah dan gugur itu mengandungi 3 kali kalah dan gugur. Kekalahan dirinya sendiri sebagai wanita bermaruah buat selama-lamanya, kekalahan ibu bapanya yang melahir dan membesarkannya dengan keringat dan darah, dan kekalahan zuriatnya untuk menjadi penyambung generasi yang berhemah.

Aku takut cinta bisa memusnahkan harga dirimu dan nilai keperempuananmu sebelum memusnahkan jasadmu dan jiwamu di akhirat.

Wahai Gadisku

Biarlah kita bercinta tanpa berkenalan dan bertemu. semoga kita menjadi dua sejoli di syurga Allah. Biarlah aku tidak pernah mengenali dan melihatmu untuk menghidupkan cinta kita asal saja kita boleh bersama di bawah payunng Allah disaat tiada lagi payung lain selain payungNya.

Bukankah kau juga mahukan nikmat cinta yang abadi? Nikmat sejati? Semoga nikmat cinta kita yang tidak kesampaian hari ini menjadi kenyataan di akhirat nanti.

Biarlah aku menyintaimu tanpa mengetahui namamu siapa. Biarlah aku menyayangimu tanpa mengenali rupa wajahmu. Dan biarlah kau juga seumpamaku………….

Dalam pada itu, aku amat senang mencipta namamu dan melukiskan rangka rupa parasmu. Aku amat senang menamakan kau Fatimah Az-Zahra atau Maryam al-Butuul atau Nasibah atau Rabi’ah Adawiyyah atau Zainab al-Ghazali atau Hamidah qutb dan seumpamanya. Nama-nama seperti ini cukup indah padaku seindah “rupa paras” nya yang menawan.

Biarku petik secebis “rupa paras” mereka itu untuk modelmu.

Nama Rabi’ah Adawiyah sesungguhnya amat cocok dengan ‘rupa paras’ berikut ini:

Suatu hari, Hasan al-Basri bersama 2 sahabatnya bertandang ke rumah Rabi’ah dengan tujuan meminangnya untuk salah seorang daripada mereka. Rabi’ah Adawiyah menyambut hasrat mereka dengan baik tetapi dengan syarat mereka mestilah dapat menjawab soalan yang dikemukakan olehnya. Rabi’ah bertanya: “Berapa banyakkah nafsu lelaki dan berapa pula nafsu perempuan?” Lantas Hasan al-Basri menjawab : “Nafsu lelaki ada satu manakala nafsu perempuan sembilan nafsu”. Lalu Rabi’ah menjawab ” Jika benar demikian,kenapa kamu yang bernafsu satu tidak mampu menahannya sedangkan aku yang mempunyai sembilan nafsu sanggup berbuat demikian? Mendengan jawapan paku buah keras itu, Hasan al-Basri pun berlalu pergi bersama sahabatnya sambil menangis sehingga membasahi janggut.

Thursday, December 10, 2009

BINGKISAN DOA.....

SEKIRANYA KITA CINTA KEPADA MANUSIA,

TAK SEMESTINYA MANUSIA CINTA KEPADA KITA,

TETAPI SEKIRANYA KITA CINTA KEPADA ALLAH,

NESCAYA CINTA ALLAH TIADA PENGHUJUNGNYA.

SEKIRANYA KITA CINTA KEPADA MANUSIA,

KITA AKAN CEMBURU KEPADA ORANG YANG MENCINTAI

ORANG YANG KITA CINTAI,

TETAPI SEKIRANYA KITA CINTA KEPADA ALLAH,

KITA AKAN TURUT MENCINTAI

ORANG YANG MELABUHKAN CINTANYA KEPADA ALLAH JUGA.

YA ALLAH,

ANDAINYA DIA ADALAH JODOH YANG DITETAPKAN

OLEH-MU KEPADAKU,

MAKA CAMPAKKANLAH DALAM HATIKU CINTA KEPADANYA ADALAH

KERANA-MU,

DAN CAMPAKKANLAH DALAM HATINYA,

CINTA KEPADAKU ADALAH KERANA-MU.

NAMUN,

ANDAINYA DIA BUKANLAH JODOH YANG DITETAPKAN OLEH-MU KEPADAKU,

BERIKANLAH KU KEKUATAN AGAR PASRAH DALAM MENGHARUNGI UJIAN,

YANG KAU BERIKAN KEPADAKU.

YA ALLAH,

JIKA AKU JATUH CINTA,

CINTAKANLAH AKU PADA SESEORANG YANG MELABUHKAN CINTANYA PADA-MU, AGAR BERTAMBAH KEKUATANKU UNTUK MENCINTAI-MU.

YA MUHAIMIN,

JIKA AKU JATUH CINTA,

JAGALAH CINTAKU PADANYA AGAR TIDAK MELEBIHI CINTAKU PADA-MU.

YA RABBANA,

JIKA AKU JATUH HATI,

JAGALAH HATIKU PADANYA AGAR TIDAK BERPALING PADA-MU.

YA RABBUL IZZATI,

JIKA AKU RINDU,

RINDUKANLAH AKU PADA SESEORANG YANG MERINDUI SYAHID DI JALAN-MU.

YA ALLAH,

JIKA AKU RINDU,

JAGALAH RINDUKU PADANYA AGAR TIDAK LALAI AKU MERINDUI SYURGA-MU.

YA ALLAH,

JIKA AKU MENIKMATI CINTA KEKASIH-MU,

JANGANLAH KENIKMATAN ITU MELEBIHI KENIKMATAN INDAHNYA BERMUNAJAT DI SEPERTIGA MALAM TERAKHIR-MU

YA ALLAH,

JIKA AKU JATUH HATI PADA KEKASIH-MU,

JANGANLAH BIARKAN AKU TERTATIH DAN TERJATUH DALAM PERJALANAN PANJANG MENYERU MANUSIA KEPADA-MU.

YA ALLAH,

JIKA KAU HALALKAN AKU MERINDUI KEKASIH-MU,

JANGAN BIARKAN AKU MELAMPAUI BATAS SEHINGGA MELUPAKAN AKU PADA CINTA HAKIKI DAN RINDU ABADI HANYA KEPADA-MU.

Mati hanya sekali jadikannya pada jalan Allah,